Apakah inti
dari persahabatan? Adakah hanya sebatas ketulusan, kejujuran, kebersamaan,
kegembiraan, maupun saling memberi? Akankah persahabatan itu hanya di maknai
sebagai “bahagia bersama”? yang pasti inti atau hakikat dari persahabatan itu
adalah bagaimana kita saling percaya dan juga menyakini kebersamaan!
Percaya atau
yakin itu sering kita lihat pada permainan sirkus. Seorang pemain yang melompat
dari tali ke tali lalu membuang dirinya di ketinggian, sangat yakin ada
temannya yang menjemput lalu meraih tangannya. Sesama pemain sirkus sangat
mengagungkan kebersamaan. Mereka patuh pada team
work. Nyawa salah satu tim adalah nyawa bersama. Makanya, mereka pasti
sangat menyesal sepanjang hidupnya jika ada yang pernah melakukan kesalahan
yang berakibat fatal pada rekan setimnya. Akan tetapi,
dapatkah kebersamaan itu dapat dilakukan di antara banyak komunitas di era
kini? Sering kita apatis. Namun, saya tetap yakin bahwa kebersamaan itu masih
tetap banyak dijunjung tinggi. Tetap saja ada teman yang mau mati untuk
sahabatnya. Ada saja sahabat yang mau berkorban tanpa pamrih pada teman yang
sudah dianggapnya sebagai saudara. Mestinya kita
tetap yakin bahwa banyak teman kita yang memiliki nilai “pemain sirkus” yang
percaya dan meyakini persahabatan itu sebagai kesatuan hidup. Mereka
mementingkan persahabatan ketimbang keinginan individualnya. Mereka tahu bahwa
kebahagiaan teman adalah bahagianya juga, begitu pula sebaliknya bila berduka.
Ambillah
tanganku, kuambil tanganmu; kuambil tanganmu, ambillah tanganku! Begitulah
mestinya persahabatan. Kita tak perlu takut menderita bila kita memiliki
sahabat. Kita tak perlu ragu meraih cita-cita bila kita masih memiliki teman.
Kita tak perlu bingung menghadapi segala cobaan hidup jika kita masih saling
memberi dan saling menerima. Kita adalah satu yang dipersatukan pada “percaya”
dan “yakin” bahwa kita saling menyelamatkan! Kalaulah kita
makin menyimak inti dari segala inti “sirkus” yang bermain dalam keseimbangan
dan perpaduan tim, maka pada dasarnya itulah makna kehidupan yang sebenarnya.
Kita tak perlu menunggu teman meminta kita untuk menolongnya ketika kita lihat
ia membutuhkan kita. Kita tidak perlu menawarkan bantuan. Kita tidak butuh
basa-basi. Sebab, mestinya kita langsung bersikap, bertindak, tacking action, tanpa perlu diminta. Jika kita
memang bersahabat, maka janganlah tidak tulus, janganlah tidak jujur, jangalah
ada niat buruk yang terselubung, tidak boleh ada trik untuk saling tipu, tidak
boleh menyakiti, tidak boleh merugikan teman. Begitu pula dalam padunya sebuah
tim kerja, dimana kita harus menempatkan diri sebagai sahabat yang memainkan
peran masing-masing. Cobalah pikir
bila seorang pemimpin, misalnya, yang tak dipercaya pada bawahannya, akankah
tercipta sebuah kinerja yang baik? Akankah ditemukan hasil maksimal? Dan lebih
diperparah lagi jika ada saling curiga diantara pemimpin dan bawahan. Jika hal
itu terjadi, maka kita tak pernah bisa berharap untuk memaksimalkan pekerjaan
dan begitu pulalah persahabatan.
Lagipula,
sejatinya seorang pemimpin adalah juga sekaligus pendidik. Hal yang dilakukan
secara regenerasi dan berkesinambungan oleh para pemain sirkus. Sebab, pemain
sirkus akan selalu menanamkan kebersamaan, mengajarkan segala inti kemanusiaan
untuk saling menghargai peran masing-masing dan saling mengisi ruang-ruang yang
kosong untuk keutuhan dan kesuksesan tim. Dan saling belajar di antara sahabat,
pemimpin dan bawahan, pemain sirkus, mutlak tercipta yang muaranya membangun
kebersamaan. Setidaknya
adalah lima poin yang harus dibangun untuk memaksimalkan ruang-ruang
kebersamaan di antara sahabat, begitu pula pada struktur organisasi. Pertama, kita harus tahu menempatkan
diri pada porsi tugas dan tanggung jawab. Kedua,
jangan memikirkan apa yang didapatkan terlebih dahulu untuk kepentingan diri
sendiri. Ketiga, tetap menjaga
kebersamaan yang tulus tanpa dinodai kepentingan tertentu. Keempat, saling memercayai peran masing-masing. Dan Kelima, meyakini tujuan bersama yang
ingin dicapai.
Memang sangat
sulit rasanya untuk mewujudkan persahabatan yang murni bila tetap saja ada
keraguan di antara sesama teman. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa
sejarah telah memberi bukti sepanjang masa bahwa persahabatan selalu saja ada
yang menodainya. Dan akibatnya, mereka menuai kehancuran!
Lantas apakah
kita ingin hancur hanya karena ada di antara kita yang berkhianat? Tentulah
tidak. Namun, tidak bijak pula jika saling curiga bahwa ada yang berkhianat.
Sebab, persahabatan itu tetaplah salin memberi; ambil tanganku, kuambil
tanganmu; kuambil tanganmu, ambillah tanganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar