Tidur sampai mendengkur
bagi sebagian besar orang bukan dianggap sebagai masalah. Dengkuran bahkan
dikaitkan dengan tidur yang nyenyak. Padahal, mendengkur yang disertai henti
napas sesaat bisa memicu gangguan kesehatan serius seperti stroke atau penyakit
jantung. Henti napas saat tidur atau obstructive sleep apnea (OSA)
disebabkan karena tertutupnya jalan napas oleh jaringan di bagian atas hidung
dan tenggorokan. Yang meresahkan, henti napas ini bisa terjadi berulang kali
selama tidur. "Henti napas tersebut akan membuat tubuh kekurangan oksigen.
Karena tidak ada oksigen biasanya kita akan terbangun mendadak. Tensi darah pun
langsung naik. Kondisi tersebut dalam jangka panjang menyebabkan gangguan pada
jantung," kata dr Bambang Budi Siswanto, Sp JP dalam acara bertajuk
Gangguan Tidur Tingkatkan Risiko Penyakit Kronik di Jakarta (27/3/13). Acara
tersebut diadakan dalam rangka memperingati Hari Tidur Sedunia. Penurunan kadar
oksigen dalam darah secara tajam saat tidur itu bisa memicu gangguan irama
jantung serta hipertensi atau peningkatan tekanan darah yang sulit diturunkan
dengan obat-obatan. "Banyak pasien
hipertensi yang terus ditambah dosis obatnya untuk menurunkan tensinya. Dokter
terkadang lupa untuk mengecek apakah pasien itu mengalami OSA atau mendengkur
saat tidurnya," kata dokter dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita, Jakarta, ini. Hipertensi kronik juga bisa menyebabkan penebalan otot
jantung serta pengentalan darah. "Risiko stroke menjadi sangat
tinggi," imbuhnya. Menurut dr Rismawati Tedjasukmana, Sp S, peneliti
tidur, sleep apnea bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi sampai
lansia. "Pada bayi biasanya disebabkan karena kelainan pertumbuhan rahang.
Sedangkan pembesaran amandel pada anak usia sekolah juga akan menyebabkan
mengorok," katanya dalam kesempatan yang sama. Pada orang dewasa,
kondisi-kondisi tertentu bisa mengundang sleep apnea, misalnya saja
kegemukan. "Peran terbesar pada terjadinya sleep apnea memang
berat badan. Tetapi di lain pihak orang yang sleep apnea juga berat
badannya lebih mudah naik," imbuh Risma. Gangguan tidur akan mengganggu
keseimbangan hormon-hormon, misalnya saja hormon yang mengatur rasa lapar dan
kenyang. Gangguan hormon insulin juga akan memicu penyakit diabetes. "Jika
kita ngorok artinya napasnya tidak plong. Karena itu harus diterapi agar tidak
sampai terjadi komplikasi penyakit," kata Bambang. Mengurangi berat badan,
berhenti merokok, atau tidur dengan posisi miring bisa dilakukan untuk
mengurangi dengkuran. Pada kasus yang lebih berat, cara yang efektif untuk
mengatasi sleep apnea adalah penggunaan alat khusus untuk memberikan
tekanan udara ke saluran napas Anda.
www.health.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar