Terima Kasih Atas Kunjungannya

Sabtu, 15 Desember 2012

Sinopsis Menara 5 Negara

adhyel negara 5 menara
Sebelum kita melangkah ke jalur sinopsis, terlebih dahulu kita mengetahui para pemain/pemeran Film Negeri 5 Menara, yaitu sebagai berikut :
  • Gazza Zubizzaretha sebagai Alif (pemeran utama)
  • Ernest Samudera sebagai Said
  • Billy Sandi sebagai Baso
  • Rizki Ramdani sebagai Atang
  • Aris Adnanda Putra sebagai Dulmadjid
  • Jiofani Lubis sebagai Raja.
  • Ikang Fauzi sebagai Kiai Rai
Selain itu Film Negeri 5 Menara diperankan pula oleh Doni Alamsyah, Andhika Pratama, David Chalik, Inez Tagor, Mario Irwinsyah hingga pendatang baru seperti Eriska Rein dan Merayni Fauziah yang ikut berperan dan menjadi pemeran dalam film ini. Pemeran dan Pemain utama dalam Film Negeri 5 Menara ini yang bernama Sahibul Menara (enam sahabat karib dalam novel Negeri 5 Menara) dibintangi 6 pemain baru yang merupakan hasil casting dan open casting selama 3 bulan di Jakarta dan kota lain seperti Depok, Padang, Medan, Bandung, Surabaya dan Makassar.
Cerita Film Negeri 5 Menara ini bermula dari seseorang bernama Alif. Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia selalu bermimpi, bahwa dirinya bisa menguasai bahasa Arab dan Inggris, kemudian dia ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Masih dari Sinopsis Film Negeri 5 Menara, Alif masih bermimpi bahwa dirinya bisa menguasai bahasa Arab dan Inggris, kemudian dia ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Maka dari itu selesai dari Pondok, dengan semangat besar dan menggelegar dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun sahabat karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya yaitu ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?
Terinspirasi semangat tim dinamit negara Denmark, dia mencoba mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya: “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah.
Rupanya “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani: man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu.

Tidak ada komentar:

Followers

Powered By Blogger

Statistik Pengunjung